Untuk menjadi pembicara yang baik, seseorang pembicara selain harus memberikan kesan bahwa ia menguasai masalah yang dibicarakan, si pembicara juga harus memperlihatkan keberanian dan kegairahan. Selain itu, pembicara harus berbicara dengan jelas dan tepat. Dalam hal ini ada beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk keefektifan berbicara, faktor-faktor tersebut, yaitu: 1. Faktor-faktor kebahasaan
a. Ketepatan ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian pendengar. Pola ucapan dan artikulasi yang kita gunakan tidak selalu sama. Masing-masing orang mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa yang kita pakai berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaraan, perasaan dan sasaran.
Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang tidak tepat atau cacat akan menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, atau kurang menarik atau setidaknya dapat mengalihkan perhatian pendengar. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa dianggap cacat jika menyimpang terlalu jauh dari ragam lisan biasa sehingga terlalu menarik perhatian, mengganggu komunikasi, atau pemakaiannya (pembicara) dianggap aneh.
Kesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi merupakan daya tarik tersendiri bagi pembicara. Bahkan, kadang-kadang merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penepatan tekanan, nada, sendi dan durasi yang sesuai, akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya jika penyampaian datar saja, hampir dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan dan keefektifan berbicara tentu kurang.
b. Pilihan kata (diksi)
Pilihan kata hendanya tepat, jelas dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar dan menjadi sasaran. Pendengar akan lebih terangsang dan akan lebih paham, kalau kata-kata yang digunakan kata-kata yang sudah dikenal oleh pendengar. Misalnya, kata-kata yang popular akan lebih efektif daripada kata-kata yang muluk-muluk, dan kata-kata yang berasal dari bahasa asing. Pilihan kata harus kita sesuaikan dengan siapa kita berbicara (pendengar).
Pendengar akan lebih menarik dan senang mendengarkan kalau pembicara berbicara dengan jelas dalam bahasa yang dikuasainya, dalam arti yang betul-betul yang menjadi miliknya, baik sebagai perorangan maupun sebagai pembicara.
c. Ketepan sasran pembicara
Pembicaraan yang menggunakan kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya. Susunan penutur kalimat ini sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan penyampaian. Seseorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat yang mengenai sasaran sehingga mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat.
2. Faktor-faktor nonkebahasaan
Yang termasuk faktor non kebahasaan adalah:
a. Sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku
Pembicara yang tidak tenang, lesu dan kaku tentulah akan memeberikan kesan pertama yang kurang menarik. Padahal kesan pertama ini sangat penting untuk menjamin adanya kesinambungan perhatian pihak pendengar. Dari sikap yang wajar saja sebenarnya pembicara sudah dapat menunjukan otoritas dan integritas dirinya. Tentu saja sikap ini sangat ditentukan oleh situasi, tempat, dan penguasaan materi.
b. Pandangn harus diarahkan kepada lawan bicara
Supaya pendengar dan pembicara betul-betul terlibat dalam kegiatan berbicara, pandangan pembicara sangat membantu. Banyak pembicara yang kita saksikan berbicara tidak memperhatikan pendengar, tetapi melihat keatas, kesamping, atau merunduk. Akibatnya perhatian pendengar berkurang. Hendaknya diusahakan supaya pendengar merasa terlibat dan diperhatikan.
c. Kesedian menghargai pendapat orang lain
Dalam menyampaikan isi pembicaraan, seorang pembicara hendaknya memiliki sikap terbuka dalam arti dapat menerima pendapat pihak lain, bersedia menerima kritik, bersedia mengubah pendapatnya kalau ternyata mememang keliru.
d. Gerak-gerik dan mimik yang tepat
Gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat pula menunjang keefektifan berbicara. Hal-hal yang pending selain mendapat tekanan biasanya dibantu dengan gerak tangan atau mimik. Akan tetapi, gerak-gerik yang berlebihan akan mengganggu keefektifan berbicara.
e. Penyaringan suara juga sangat menentukan
Tingkat penyaringan ini tentu disesuaikan dengan situasi, tempat, jumlah pendengar, atau akustik. Kenyaringan suara harus diatur supaya suara dapat di dengar pendengar dengan jelas.
f. Kelancaran
Seseorang pembicara yang lancar berbicara akan memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraannya. Seringkali kita dengar pembicara berbicara terputus-putus. Bahkan, antara bagian yang terputus itu diselipkan bunyi-bunyi tertentu yang sangat mengganggu penangkapan pendengar, misalnya menyelipkan bunyi ee, oo, aa.
g. Relevansi/penalaran
Gagasan demi gagasan haruslah berhubungan dengan logis. Proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan haruslah logis. Hal ini dapat berarti hubungan bagian-bagian dalam kalimat, hubungan kalimat dengan kalimat harus logis dan berhubungan dengan pokok pembicaraan.
h. Penguasaan topik
Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Jadi, penguasaan topik ini sangat penting, bahkan merupakan faktor utama dalam berbicara.
Sepertinya ada yang salah dengan koneksi internet Anda. Harap sambungkan ke internet dan mulai menjelajah lagi.
AdBlock Detected!
Kakak pakai plugin pemblokir iklan ya? Tolong kecualikan website ini dalam pemblokiran ya. Karena kami butuh penghasilan dari iklan untuk terus mengelola website ini agar bisa update artikel bermanfaat. Makasih ya 😊
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.