Transfer ilmu unduh duit. Ilmu itu mahal harganya, begitulah pepatah yang entah darimana pertama kali bermula. Pepatah ini selayaknya kita cermati untuk kondisi saat ini yang memang sangat sesuai dengan pepatah tadi. Setiap jenjang pendidikan terasa kian mahal saja. Mulai dari strata terendah hingga strata tertinggi. Hal ini menjadi peluang bagi pengusaha di bidang pendidikan. Banyak yang sukses karenanya. Untuk itu daripada kita hanya menjadi objek alahkah bijaksana jika kita ikut berkecimpung didalamnya. Bukan dalam artian mensukseskan komersialisasi pendidikan, namun kita mengambil peluang di ranah yang belum tergarap untuk mencerdaskan bangsa ini. Artikel dari najlah pengusaha muslim volume 1 ini sangat menarik untuk diambil pelajarannya. Sembari kita mentransfer ilmu dapat pula kita mendapatkan penghasilan untuk menafkahi keluarga.
***
Pendidikan menjadi kebutuhan manusia untuk berkembang menjadi lebih baik. Apapun ilmu yang dipelajari, kecuali yang haram, akan memberikan manfaat bagi orang yang mempelajari maupun orang lain, yang memperoleh manfaat dari pengaplikasian ilmu. Maka, pendidikan itu amat berharga.
Kebutuhan terhadap pendidikan lembaga pendidikan pun menjadi tinggi. Mulai dari pendidikan formal hingga informal. Semua lembaga ini dibutuhkan masyarakat untuk menunjang pendidikan dan ketrampilannya. Wajar saja bila lembaga pendidikan dari segmen balita sampai dewasa pun ada. Jadi, permintaan konsumen terhadap pendidikan akan senantiasa ada.
Sektor pendidikan menjadi lahan yang empuk untuk digarap dari sisi bisnis. Dari usia balita, misalnya, lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) bisa menjadi pilihan. Kesadaran orang tua terhadap masa tumbuh kembang otak anak, menjadi salah satu alasannya. Pasalnya, anak usia 0-5 tahun (sebagian lain
menyebut sampai usia enam tahun) adalah masa usia emas bagi perkembangan otak.
Stimulasi terhadap otak dibutuhkan pada usia anak-anak. salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan ini menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik dan kecerdasan. Kecerdasan ini meliputi daya pikir, daya cipta, emosi, spiritual, berbahasa atau berkomunikasi, dan sosial.
Bentuk lembaga PAUD ini beragam. Ada playgroup, penitipan anak, kelompok bermain, sampai taman anak-kanak. Yang pasti, siswa yang masuk di PAUD memiliki konsep pembelajaran dengan cara bermain. Konsep belajar yang berkembang sekarang pun sudah banyak menggunakan konsep terbaru, misalnya belajar aktif (active learning), yang tidak hanya menggunakan pembelajaran satu arah.
Ceruk pasar untuk PAUD di Indonesia masih terbuka lebar. Menurut data World Bank melalui web.worldbank.org, disebutkan, orang tua di Indonesia yang mendaftarkan anaknya di PAUD hanya 21 %. Angka ini kalah jauh dengan negara tetangga, yaitu Vietnam 43%, Filipina 27%, Thailand 86%, dan
Malaysia 89%. (Kompas edisi Jawa Tengah, 12/01/2010).
Bagi usia SD hingga SMA, jenis bisnis yang bisa digarap adalah bimbingan belajar atau les. Kadang, orang tua merasa anak-anaknya masih kurang dalam menerima materi pelajaran di sekolah. Akhirnya, anak-anak pun mengikuti les demi mendalami keilmuan. Nah, bagi yang memiliki kemampuan lebih dalam keilmuan formal, anak-anak usia ini bisa menjadi target pasar Anda untuk membuka lembaga bimbingan belajar
(bimbel).
Bimbingan belajar bisa dilakukan dengan cara kelas privat atau pun kelas reguler. Untuk kelas privat, biasanya tentor menemani satu hingga empat dalam bimbingan. Jika bimbingan belajar dilakukan secara kelas reguler, maka dalam sekali bimbingan bisa diikuti oleh lebih dari 10 siswa.
Untuk memperoleh kepercayaan orang tua agar mendaftarkan anaknya ikut les, memang tidak mudah. Harus
ada suatu kelebihan yang Anda tonjolkan, termasuk strategi jitu dalam pemasaran. Misalnya yang dilakukan Yunianto. Alumnus Fakultas MIPA Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), Surakarta, ini mengawali usaha bimbingan belajarnya dengan membuka kelas reguler. Dia menjanjikan bahwa yang ikut les adalah para siswa berprestasi dari sekolah yang berada di sekitar tempat usahanya di Kalioso, Sragen.
Benar saja, siswa yang ikut memang memiliki rangking lima besar di sekolahnya. Wow, bagaimana bisa? Ternyata, keberhasilan ini ditopang dengan teknik pemasaran yang unik. Sebagai bimbel baru, Yunianto memberikan surat kepada sekolah-sekolah yang menjadi pangsanya. Isinya, untuk siswa yang memiliki rangking lima besar berhak mendapat diskon bimbingan di lembaganya.
Ternyata, cara ini sangat jitu. Beberapa siswa berprestasi tertarik dengan tawaran itu. Dan, kelas bimbingan pun bisa segera dimulai. Keikutsertaan siswa pandai ini menimbulkan efek psikologis bagi teman-temannya. Mereka jadi tertarik mengikuti bimbingan. Dan, mulailah lembaga bimbel yang diberi nama Nurul Huda ini menjadi dikenal.
Sengaja, Yunianto tidak memakai teknik sebar brosur untuk promosinya. “Strategi seperti itu hanya buang-buang uang dan tidak efektif,” katanya. Kalau untuk kirim surat diskon, Yunianto hanya mengeluarkan uang sekitar Rp 20 ribu. Bayangkan bila harus mencetak brosur.
Pangsa bisnis pendidikan untuk orang dewasa atau masa produktif pun tidak kalah banyaknya. Misalnya, lembaga bahasa asing, saat ini banyak dicari oleh perusahaan yang ingin mengkursuskan karyawannya. Pasalnya, di era globalisasi ini, kebutuhan SDM yang mampu berbahasa asing cukup tinggi. Begitu pula, calon tenaga kerja yang membutuhkan sertifikasi untuk skor TOEFL tidak kalah banyaknya.
Inovasi lembaga bahasa pun tidak melulu menawarkan program bahasa asing. Kursus bahasa daerah, sebenarnya juga bisa dijual. Pangsa yang dituju adalah kaum ekspatriat yang tinggal di Indonesia untuk bekerja. Mengingat lamanya mereka tinggal di suatu wilayah di Indonesia, mereka memerlukan kecakapan untuk berbahasa daerah untuk bersosialisasi dengan sekitarnya.
Lembaga bahasa untuk program bahasa daerah ini sangat cocok dibuka di wilayah yang memiliki para ekspatriat cukup banyak. Misalnya, di Jogja, terdapat sebuah lembaga bahasa yang program utamanya adalah bimbingan bahasa Jawa. Pesertanya memang bule yang ingin berinteraksi dengan masyarakat Jogja. Malahan, program bahasa asing, justru menjadi program sampingan.
Bisnis vokasi yang cukup marak lainnya adalah lembaga pendidikan komputer (LPK). Hampir di setiap kota,
biasanya ada lembaga yang memberikan jasa pelatihan terhadap aplikasi-aplikasi komputer. Barangkali, kursus aplikasi perkantoran adalah program intensif yang paling dicari. Mengingat, ketrampilan berkomputer wajib dimiliki oleh tenaga kerja yang mengisi hampir semua jabatan pada sebuah kantor. Tidak dipungkiri lagi, jika kemampuan menggunakan komputer sangat dibutuhkan saat ini.
Bisa pula, sebagai turunan dalam pembuatan program LPK, dibuat program satu tahun yang setara dengan D1. Seperti yang dilakukan Alfabank Solo, LPK ini menggelontorkan proram perbankan yang ditempuh selama dua semester. Dengan memadukan bersama program komputer intensif, siswanya kini rata-rata mencapai 500 orang per tahun untuk program setahun, dan 400-500 siswa per bulan pada program
intensif.
Munculnya lembaga-lembaga yang terjun di vokasi atau keahlian khusus ini efek dari sulitnya mendapatkan
pekerjaan. Kompetensi dari setiap tenaga kerja, kini menjadi acuan. Gelar tidak terlalu diperhitungkan bila kompetensi tidak bisa diharapkan. Maka dari itu, keahlian khusus, menjadi perhatian bagi orang-orang yang memasuki usia produktif. Walaupun, masih ada juga institusi yang kaku mementingkan gelar kesarjanaan tenaga kerjanya sebagai acuan kompetensi, tanpa memperhatikan penilaian langsung terhadap kompetensinya itu. (Ilham/berbagai sumber)