Berbisnis kue tidak hanya soal rasa, tapi juga harus mengandalkan kreativitas dan keunikan. Begitulah menurut Ine Selia Oriyane, pemilik usaha Oriyane Shortbread, biskuit berbentuk persegi panjang asal Skotlandia. Tidak banyak memang yang mengenal apa itu shortbread. Meski berasal dari Skotlandia, biskuit ini juga dibuat di Inggris, Irlandia, Denmark, dan Swedia. Disebut shortbread karena teksturnya yang rapuh. Alih-alih menggunakan telur, shortbread menggunakan mentega yang cukup banyak, sehingga serpihannya mudah rapuh ketika digigit.
Selama ini, masyarakat Indonesia, mengenal berbagai macam kue kering, seperti nastar, kue salju, dan kastangel untuk dijadikan hidangan hari raya. Kemunculan shortbread cukup membuat orang penasaran dari segi nama dan bentuk. Pengemasan biskuit ini pun terlihat cantik, sehingga membuat orang tertarik untuk membeli. Ine menekankan hal ini bagi orang yang mau memulai bisnis kue. Pengemasan merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk pemasaran. Namun, banyak pelaku usaha mikro yang tidak mempertimbangkan hal ini karena khawatir harus menjual dengan harga yang mahal. Padahal, pengemasan yang cantik, akan membuat produk tidak disepelekan oleh konsumen. Agar pengemasan tidak menaikkan biaya produksi, Ine memberi saran untuk membuat kemasan sendiri.
Setelah banyak yang mencicipi biskuit unik yang rasanya enak dengan tekstur rapuh dan gurih ini, Ine mulai banjir pesanan. Untuk menjaga kualitas, saat ini Ine hanya memproduksi shortbread melalui pesanan atau freshly order. Selain dari sisi kemasan dan rasa, sertifikat halal pun dinilai sangat penting. Sebelumnya, Ine baru mengantongi sertifikat pangan industri rumah tangga. Kini, ia sudah mendapatkan sertifikasi halal yang difasilitasi oleh Dinas Kementerian Koperasi, UKM, Perindustrian, dan Perdagangan Kota Bandung. Dengan mengantongi sertifikat halal tersebut, Oriyane Shortbread dapat mengikuti pameran di Malaysia International Halal Showcase (MIHS). Kemasan yang unik dan rasa yang enak membuat Ine kebanjiran pesanan dari negeri jiran. Setelah bergabung dengan Dinas Kementerian Koperasi, UKM, Perindustrian, dan Perdagangan Kota Bandung, Ine juga bisa memasarkan produknya melalui Little Bandung di Kota Shah Alam, Malaysia, pada Oktober 2016. Program Little Bandung yang digagas Wali Kota Bandung Ridwan Kamil bekerja sama dengan Malaysia Indonesia Corporate House (MICH) itu juga turut membantu memasarkan Oriyane Shortbread di negara tetangga.
Saat ini, Ine telah mengantongi omzet sekitar Rp 15 juta per bulan dari rata-rata penjualan sebanyak 300-400 stoples. Selain dipasarkan via pesanan langsung, baik lewat telepon, Whatsapp, atau Instagram, Oriyane Shortbread juga dijual melalui Kemchick Department Store di Kemang dan Amanda Brownies di Dago Bandung. Untuk persediaan di kedua outlet tersebut, secara rutin Ine memasok sebanyak delapan hingga sepuluh kali per bulannya dengan bantuan pekerja sebanyak tiga sampai lima orang.
Bagi Ine, relasi merupakan hal yang penting dalam memasarkan produknya. Di era teknologi saat ini, media sosial sangat penting untuk pemasaran berbagai macam produk. Meski sekarang ini sudah memiliki Instagram, Ine mengaku ia masih kesulitan untuk menggunakannya, sehingga ia berencana untuk mengelola akunnya secara lebih profesional agar semakin menaikkan omzetnya.