Di tahun politik semuanya menjadi tak karuan, rakyat mulai dibuat bingung oleh ulah para politisi. Kami tak tahu mana yang harus kami percayai. Apakah lumprahnya politik memang demikian?
Malam ini saya menyaksikan siaran langsung ILC di TV One, tema yang di perbincangkan yaitu “Kotak Suara Kardus”. Pendapat para pakar mengenai hal tersebut tentunya berbeda-beda, ini hal yang wajar. Namun dari pendapat-pendapat tersebut membuat saya tersenyum dan terkadang tertawa kecil. Bagaimana tidak? Hal sesepele ini harus menghadirkan para pakar hebat. Bobot dan kapasitas cara berpikir mereka lebih baik digunakan untuk hal lainnya yang lebih bermanfaat dari pada sekedar kardus.
Sebenarnya jika kita mau memahami permasalahan tersebut, itu simpel sekali. Sebenarnya hanya masalah kepercayaan publik. Jika publik sudah tidak percaya, kotak suara mau di desain seperti apaun dan dari bahan apapun, mereka (publik) tetap akan timbul kecuriagaan (tidak percaya).
Nah, solusi terbaik menurut saya yaitu berikan kepercayaan kepada KPU dan selanjutnya tugas KPU yang meyakinkan publik bahwa pemilu dapat dilaksanakan dengan jurdil, selesai masalah. Tidak perduli mau pakai kardus, katong kresek, mau pake karung dan lain sebagainya, publik akan tetap percaya jika KPU mampu membangun opini yang baik. Bagi parpol yang tidak percaya dengan kinerja KPU, silakan kawal dari proses pemungutan suara, tapi jangan pernah sesekali menyuarakan hal apaun yang menjatuhkan penyelenggara pemilu (KPU), sebab dengan demikian kepercayaan publik kepada KPU akan tetap terjaga.
Dari beberapa kali KPU menyelenggarakan hajat besar yaitu pemilu, bisa kita katakan sukses. Lalu mau apalagi?
Di sini saya setuju sekali dengan pendapat Mbah Kakung Sujiwo Tejo, Mau siapapun yang jadi presiden toh kita tetap kerja, kalau Mbah Kakung Sujiwo Tejo tetap di dunia seninya, sedangkan saya di dunia blogging.
Dari unek-unek yang dituliskan di blog pribadi saya ini, sungguh tak ada unsur kebencian kepada pihak manapun, dan apabila dalam tulisan ini mengandung muatan yang menyudutkan salah satu pihak atau kelompok, atas nama pribadi saya mohon maaf yang setulus-tulusnya. Sebelum saya akhiri sedikit kritik dari saya “Tolong jangan buat kami bingung”.