Prospek bisnis rumah sakit di Indonesia semakin menggiurkan. Terlebih setelah Indonesia megalami masa pandemi sejak Maret 2020, orang semakin mengerti pentingnya kesehatan dan sadar terhadap kesehatan sehingga rumah sakit makin dibutuhkan.
Pertumbuhan jumlah penduduk menjadi salah satu pemicu yang meramaikan pasar pembangunan dan bisnis rumah sakit di Indonesia. Pada empat tahun ke depan, di Indonesia, ada 17 juta penduduk berusia 65 tahun ke atas. Data menunjukkan, jumlah penduduk berusia 15 tahun hingga 64 tahun bisa mencapai 184 juta jiwa pada 2020.Jumlah penduduk di rentang usia ini bertambah 17 juta sejak 2013.
Penduduk berusia 65 tahun ke atas mencapai 18 juta. Sementara itu, usia 0 tahun sampai 14 tahun diproyeksi bertambah 2 juta orang menjadi 75 juta . Tak heran bila pertumbuhan demand terhadap keberadaan rumah sakit di Indonesia juga semakin nyata.
prospek bisnis rumah sakit di indonesia menggiurkan |
Tanpa berharap semakin banyak orang sakit, sektor jasa kesehatan, khususnya rumah sakit, punya ruang bertumbuh besar dalam beberapa tahun mendatang. Tak ketinggalan tantangan yang menyertainya. Ya, pendorong pertama, pasar rumah sakit di Indonesia utamanya didorong oleh pertumbuhan jumlah penduduk.
Umur produktif (25 tahun-54 tahun) yang mendominasi jumlah penduduk, yakni 42,31%, serta rentang remaja hingga dewasa (15 tahun-24 tahun) sebanyak 17,07% juga bakal berefek positif bagi perkembangan industri rumah sakit.
Pertambahan penduduk usia muda atau produktif dapat mendorong peningkatan angka disposable income dan belanja kesehatan. Pada 2020, angka pendapatan tahunan yang dapat dibelanjakan (annual disposable income) diperkirakan US$750 miliar, naik 53% dari 2013.
Secara khusus, total pengeluaran untuk layanan kesehatan terus meningkat. Pertumbuhan permintaan layanan kesehatan akan terus naik dibarengi angka harapan hidup.
Sejumlah katalis mampu mengungkit pertumbuhan sektor jasa kesehatan. Dari sisi infrastruktur, rerata pertumbuhan jumlah rumah sakit (RS) di Indonesia pada 2011-2014 sebesar 10,94%. Pertumbuhan masif terjadi pada RS swasta, yakni 34,12%, sedangkan RS umum cuma 4,18%. Jumlah itu akan bertumbuh seiring dengan belanja kesehatan pemerintah yang naik dan ekspansi usaha pelaku usaha rumah sakit.
Katalis penggerak lain yakni program jaminan kesehatan nasional (JKN). Industri RS akan diuntungkan oleh pertumbuhan peserta asuransi jiwa. Rerata pertumbuhan majemuk tahunan premi asuransi jiwa pada 2010-2014 sebesar 12,64% menjadi Rp 121,62 triliun per akhir 2014.
Wajar kalau pemain yang ada berani target pertumbuhan yang tinggi. PT Siloam International Hospital Tbk menargetkan punya 50 unit RS , tersebar di 25 kota, dengan target punya tempat tidur 10.000 unit dan melayani 15 juta pasien tiap tahun. Sedangkan PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA) menargetkan membuka minimal satu RS saban tahun.
Menurut penelusuran penulis, kini kalangan investor baik asing atau lokal sangat antusias untuk masuk di bisnis RS. Mereka ada yang datang dari pemain investor strategis maupun investor finansial. Mereka umumnya diam-diam sedang mencari-cari peluang kerjasama dengan pemain lokal yang sudah punya pengalaman di pengelolaan rumah sakit, sedangkan mereka datang dengan membawa jaringan dan modal.